Pages

Dec 8, 2012

Sesajen Bali

Selamat siang! Ini menjadi post pertama saya di blog—yang didedikasikan untuk Kebudayaan Indonesia (sekaligus menjadi blog untuk tugas TIK).

Kali ini saya akan membahas tentang Sesajen Bali.



Para penghuni Bali yang tidak tampak seperti dewa, roh para leluhur, dan roh-roh jahat diperlakukan oleh penduduk Bali sebagai tamu kehormatan dengan persembahan sesajen (banten) dalam berbagai bentuk, warna dan isi. Pemberian sesajaen ini adalah untuk ucapan terima kasih pada Dewa dan agar roh-roh jahat tidak mengganggu hidup mereka.   

Sesajen sederhana dipersembahkan setiap hari, sedangkan sesajen istimewa dipersiapkan untuk acara-acara keagamaaan tertentu. Contohnya, setelah makanan harian dipersiapkan, sedikit bagian dari makanan tersebut disisihkan untuk para dewa penghuni rumah sebelum keluarga mengkonsumsi makanannyat. Selain itu, para dewa juga disajikan canang kecil – tray daun kelapa yang diisi berbagai jenis bunga dan sirih sebagai simbol keramah-tamahan.   
Kalau  persembahan yang diberikan untuk roh yang lebih tinggi, sesajen  ini harus diatur sedemikian rupa agar menarik, dan tentu ini butuh waktu dan tenaga yang cukup besar. Daun-daun dipotong dan dirangkai jadi bentuk-bentuk yang menarik. Karena itu dapat dikatakan bahwa persiapan sesajen merupakan bagian dari tradisi yang penting yang masih berlaku di Bali.   
Di Pura, sesajen ini diletakin ditempatnya. Sesajen untuk dewa dan roh para leluhur diletakkan di altar yang tinggi, sedangkan sesajen untuk roh-roh jahat diletakkan dibagian dasar. Perbedaannya adalah sesajen yang diberikan untuk para roh jahat itu bisa berisi daging mentah, sedangkan sesajen untuk para dewa dan roh para leluhur bisa tidak berisi daging mentah. Sesajen khusus yang jadi syarat suatu upacara diletakkan pada sebuah  podium.   
Pada saat upacara dilakukan, seorang pendeta akan menyucikan sesajen yang ada dengan memercikkan air suci dan membacakan doa atau mantra. Asap dupa  itulah yang mengantarkan tujuan dari persembahan mereka. Persembahan sesajen dirumah juga dilakukan dengan cara yang sama, yaitu dengan menggunakan air suci dan api. Setelah upacara selesai atau udah terbakar barulah sesajen ini dapat dibawa pulang kerumah dan dikonsumsi oleh mereka. 





Regards,

Neta.

No comments:

Post a Comment